Mendidik Anak Melalui Dongeng atau Cerita

“Pada ketiga kalinya anak tersebut berteriak-teriak, tak ada seorang pun yang memedulikannya. Akhirnya, anak itupun meninggal dimakan anak buas.” Itulah akibatnya kalau suka berbohong, sayang.” Kalimat penutup tersebut digunakan seorang ibu muda untuk mengakhiri dongeng untuk putranya tersayang. Namun saat ibu itu menengok ke arahnya, ternyata ia sudah pulas. Diciumilah kening anak tersebut lalu diselimuti seluruh badannya.
Suasana tersebut sudah sangat jarang ditemukan di kehidupan zaman sekarang. Mendongeng dirasa cara yang kuno oleh para orang tua. Terlindas oleh teknologi modern. Terkalahkan oleh televisi yang menayangkan acara-acara yang belum tentu manfaatnya. Apalagi tanpa bimbingan orang tua, terutama ibu.
Pendidikan yang pertama dan paling utama adalah dari lingkungan keluarga. Setiap anak terlahir dalam keadaan fitrah atau suci. Selanjutnya terserah orang tua akan mencetak mereka seperti apa. Berikut dalilnya:
“Setiap bayi terlahir dalam keadaan fitrah, kedua orangtualah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani ataupun Majusi” (HR. Bukhori).
Dalam firman Allah SWT di surat An-Nahl ayat 78, bahkan disebutkan bahwa seorang terlahir dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun. Namun Allah SWT telah membekalinya dengan tiga alat thalabul ilmi di bawah. Seperti terungkap dalam Firman Allah SWT ini:
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibu kamu dengan keadaan tidak mengetahui sesuatupun; dan Dia mengkaruniakan kepada kamu pendengaran, dan penglihatan, serta hati (akal pikiran) supaya kamu bersyukur” (QS. An-Nahl: 78).
Tiga alat thalabul ‘ilmi yang dimaksud ayat tersebut antara lain: Sama’a (pendengaran), Bashor (penglihatan), dan ‘afidah (hati/pikiran). Tugas orang tualah untuk mendampingi putra dan putrinya guna memaksimalkan bekal yang Allah karuniakan tersebut. Salah satu cara mendidiknya adalah dengan cara mendongeng. Mendongeng merupakan cara yang paling mudah dan sederhana. Cara tersebut paling disenangi anak-anak, terutama pada usia 3-7 tahun. Dengan mendongeng sesuatu yang berat akan terkesan lebih mudah diterima. Al-Qur’an pun banyak memuat cerita, yang biasa disebut kisah-kisah.
Bahkan, menurut Prof. Dr. Roem Rowi, MA (guru besar ilmu Al-Qur’an IAIN Sunan Ampel Surabaya) “Kisah-kisah mendominasi Al-Qur’an karena metode ini paling disenangi orang, paling mempesona dan paling mudah diterima”. Yaitu sekitar 80 persen dari Al-Qur’an.
Manfaat mendongeng yang paling penting adalah dapat mempererat hubungan orang tua dengan anak baik secara lahir maupun batin serta membantu mengoptimalkan perkembangan psikologis mereka. Selain itu masih banyak juga manfaat lainnya menurut para ahli diantaranya sebagai berikut:

Mengembangkan Daya Imajinasi dan Kreatifitas Anak
Pada masa kanak-kanak, imajinasi mereka sangat bagus. Bahkan, bisa disebut dunia mereka adalah dunia imajinasi. Oleh sebab itu, orang tua harus mengarahkannya kepada hal yang positif, yaitu dengan membawa mereka dongeng. Dengan demikian imajinasi anak akan berkembang dan kreatifitas mereka pun akan meningkat dengan sendirinya.

Meningkatkan Keterampilan Berbahasa
Kemampuan verbal adalah kemampuan awal anak, itulah alasannya kenapa otak kanan lebih berkembang pada masa ini. Dengeng bisa merangsang anak untuk meningkatkan keterampilan dalam berbahasa. Misal, dongeng yang mengandung cerita positif mengajarkan perilaku baik, dan sebagainya mendidik anak untuk lebih mudah menyerap tutur kata yang sopan.

Membangkitkan Minat Baca Anak
Jika anda ingin mempunyai anak yang senang membaca, maka jalan yang paling mudah ya melalui dongeng juga. Saat mereka mendengar cerita menarik yang dibacakan atau langsung didongengkan, akan timbul rasa penasaran mereka untuk membaca karena ingin tahu. Dongeng merupakan stimulus dini yang akan mengantarkan putra-putri kita untuk gemar membaca. Bukankah wahyu pertama turun memerintah Rasulullah SAW membaca? Sampai berulang kali:
“Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah” (QS Al-Alaq 1-3)
Peritah itupun tentu saja berlaku juga untuk kita semua sebagai umatnya.
Membangun Kecerdasan Emosional Anak
Kecerdasan emosional tidak kalah pentingnya dibanding kecerdasan lainnya. Biasanya anak-anak rendah kecerdasan emosionalnya sulit mengerti terhadap nilai-nilai moral dalam kehidupannya. Melalui tokoh-tokoh dalam cerita, secara tidak langsung kita memberikan contoh dan membangun kecerdasan emosional mereka.

Membangun Rasa Empati Anak
Kepekaan pada anak akan dirangsang melalui dongeng yang diceritakan. Maka terbentuklah rasa empati anak. Mereka akan terangsang untuk berempati terhadap lingkungan sekitar mereka. Lebih penting lagi dongeng yang mengandung nilai positif akan menjadi bekal di masa depan mereka. Rasa empati tersebut akan membuat mereka berempati terhadap orang lain.

Meningkatkan Kemampuan Pendengaran dan Daya Ingat
Bagian inilah yang paling dirangsang, yaitu pendengaran. Kemampuan auditori anak akan meningkat jika terus mendengarkan dongeng. Hal tersebut mengakibatkan daya ingat anak akan tajam. Inilah yang dimaksud dengan menguatkan fungsi tholabul ‘ilmi antara lain pendengaran (sam’a), daya ingat (afidah). Sedangkan bashar dengan sendirinya akan menguat saat minat baca mereka mulai timbul. Atau saat mereka melihat langsung kejadian yang berhubungan dengan cerita yang didongengkan ada di kehidupan nyata.

Cerita yang didongengkan bisa beragam. Mulai dari cerita rakyat atau cerita anak lainnya. Ceritanya kita pilih yang sesuai dengan usia mereka. Kisah-kisah Al-Qur’an dan Haditspun bisa dijadikan referensi ibu-bapak dalam mendongeng untuk putra-putrinya tercinta. Misalnya kisah para Nabi dan Rasul, Kisah Ashabul Kahfi, Kisah Luqman, dan masih banyak lagi kisah yang lainnya yang mengandung nilai-nilai positif serta bermanfaat bagi kehidupannya sekarang dan masa yang akan datang.

Mari kita luangkan waktu untuk putra-putri kita tercinta. Dongengkan cerita bernilai positif agar anak menjadi cerdas dan soleh. Semoga Artikel tentang Mendidik Anak lewat Cerita dan Dongeng ini bermanfat. 

Sumber: Rubrik Bunaya Majalah Risalah, Ilmi Fadillah