Membahas Hukum Perayaan Tanggal 1 Muharam Sebagai Tahun Baru Islam

Di kalangan masyarakat umat Islam di Indonesia telah menjadi tradisi bahwa tahun baru Islam pada tanggal 1 muharom dijadikan sebagai sesuatu yang diperingati. Bahkan 1 muharam biasanya diadakan upacara Peringatan Hari Besar Islam (PHBI) sebagai syi'ar dakwah Islam. Lalu pertanyaan selanjutnya sehubungan dengan hanya tradisi dan tak biasa dilakukan pada zaman nabi dan Sahabat, apa dan bagaimana hukum perayaan tahun baru Islam tersebut?.

Kegiatan rutin yang dilakukan oleh umat ini telah melekat sejak dulu sehingga ketika akan mempertanyakan apakah dibenarkan memperingati 1 muharam, tentu akan sangat berat menjawabnya. Akan tetapi hukum fiqih Islam wajib ditegakkan, terlebih dalam hal syari'at sehingga tidak menyalahi aturan main yang telah ditetapkan Alloh SWT dan Rasul-Nya.

Umumnya para ahli fiqih memilih pendapat paling kuat bahwa hukum memperingati 1 Muharam / tahun baru Islam merupakan hal yang tidak boleh dilakukan dengan setidaknya dua alasan. Pertama, Tasyabuh, artinya menyerupai kebiasaan tradisi umat Nashroni. Dan yang kedua, Kegiatan tersebut tidak diperintahkan dan juga tidak dilakukan pada masa Nabi Muhammad.

Berkatan dengan hal ini seorang ulama ahli fiqih terkenal bernama Asy-Syaikh Utsaimin RA ditanya terkait hal memperingati tahun baru Islam apakah termasuk ke dalam Bid'ah Hasanah?. Lalu Beliau menjawab pertanyaan tadi dengan uraian sebagai berikut :
تخصيص الأيام، أو الشهور، أو السنوات بعيد مرجعه إلى الشرع وليس إلى العادة، ولهذا لما قدم النبي صلى الله عليه وعلى آله وسلم المدينة ولهم يومان يلعبون فيهما فقال: «ما هذان اليومان»؟ قالوا: كنا نلعب فيهما في الجاهلية، فقال رسول الله صلى الله عليه وعلى آله وسلم: «إن الله قد أبدلكم بهما خيراً منهما: يوم الأضحى، ويوم الفطر». ولو أن الأعياد في الإسلام كانت تابعة للعادات لأحدث الناس لكل حدث عيداً ولم يكن للأعياد الشرعية كبير فائدة.
ثم إنه يخشى أن هؤلاء اتخذوا رأس السنة أو أولها عيداً متابعة للنصارى ومضاهاة لهم حيث يتخذون عيداً عند رأس السنة الميلادية فيكون في اتخاذ شهر المحرم عيداً محذور آخر.
كتبه محمد بن صالح العثيمين
24/1/1418 هـ

Artinya :
Pengkhususan hari-hari tertentu, atau bulan-bulan tertentu, atau tahun-tahun tertentu sebagai hari besar/hari raya (‘Id) maka kembalinya adalah kepada ketentuan syari’at, bukan kepada adat. Oleh karena itu ketika Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam datang datang ke Madinah, dalam keadaan penduduk Madinah memiliki dua hari besar yang mereka bergembira ria padanya, maka beliau bertanya : “Apakah dua hari ini?” maka mereka menjawab : “(Hari besar) yang kami biasa bergembira padanya pada masa jahiliyyah. Maka Rasulullâh shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya Allah telah menggantikan dua hari tersebut dengan hari raya yang lebih baik, yaitu ‘Idul Adh-ha dan ‘Idul Fitri.“
Kalau seandainya hari-hari besar dalam Islam itu mengikuti adat kebiasaan, maka manusia akan seenaknya menjadikan setiap kejadian penting sebagai hari raya/hari besar, dan hari raya syar’i tidak akan ada gunanya.
Kemudian apabila mereka menjadikan penghujung tahun atau awal tahun (hijriyyah) sebagai hari raya maka dikhawatirkan mereka mengikuti kebiasaan Nashara dan menyerupai mereka. Karena mereka menjadikan penghujung tahun miladi/masehi sebagai hari raya. Maka menjadikan bulan Muharram sebagai hari besar/hari raya terdapat bahaya lain.
Ditulis oleh : Muhammad bin Shâlih Al-’Utsaimîn
24 – 1 – 1418 H
(Sumber : Majmû Fatâwâ wa Rasâ`il Ibni ‘Utsaimîn Soal ke 8131)

Dengan demikian penulis menganggap pendapat tidak bolehnya merayakan dan mengikuti perayaan tahun baru Islam ini merupakan pendapat paling kuat. Wahai para kaum muslimin di manapun anda berada silahkan Tinggalkan dan Jangan pernal dilakukan kembali kebiasaan yang menurut akal memang sepertinya baik, namun dari sisi syariat biasa jadi hal tersebut tidak diridloi Alloh SWT.

Tanggal 1 muharam memang tahun baru bagi umat Islam, namun hari tersebut tidak seharusnya dibuat spesial atau bahkan diperingat secara khusus. Hari besar bagi umat Islam yang secara syariat harus dirayakan hanyalah dua hari saja, yaitu Iedul Fitri dan Iedul Adha. Selain kedua hari tersebut tidak ada perayaan apapun. Wallohu 'alam. Akan tetapi ada sunah shaum sunat pada bulan tersebut yaitu puasa 'Asyuro.

Demikian artikel uraian makalah yang ditulis dengan judul membahas hukum perayaan tanggal 1 muharam sebagai tahun baru Islam. Semoga tulisan ini berkenan untuk anda dan menjadi ilmu yang bermanfaat.