Hadits Golongan Yang Paling Dicintai Dan Dibenci Rasululloh

Kajian As-Sunnah berikut menerangkan penjelasan hadits Rasululloh tentang kelompok golongan manusia yang paling dicintai dan dibenci Rasululloh. Pembahasan artikel agama ini dimulai dari kajian hadis dengan redaksi asli termaktub dalam kitab Hadits Riyadlusholihin.

Suatu ketika dalam sebuah perkumpulan Rasululloh bersama para sahabatnya dikisahkan dalam kitab hadits Riyadlu Solihin bahwa Nabi Muhammad memberi Pepatah luar biasa yang menyatakan sesungguhnya ada golongan manusia yang dicintai dan dibenci oleh Alloh sekaligus Rasul-Nya.

Dinukil dari Imam At-Tirmidzi diterima haditsnya dari Sahabat Jabir rodiallohu anhu bahwa Rasululloh SAW bersabda dengan redaksi asli matan hadits dalam bahasa Arab tertulis :
إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلَاقًا وَإِنَّ أَبْغَضَكُمْ إِلَيَّ وَأَبْعَدَكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ الثَّرْثَارُونَ وَالْمُتَشَدِّقُونَ وَالْمُتَفَيْهِقُونَ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَدْ عَلِمْنَا الثَّرْثَارُونَ وَالْمُتَشَدِّقُونَ فَمَا الْمُتَفَيْهِقُونَ قَالَ الْمُتَكَبِّرُونَArtinya : "Sesungguhnya orang yang sangat aku cintai di antara kalian semuanya dialah yang tempat duduknya paling dekat denganku nanti di hari kiamat kelak, orang tersebut dialah kelompok orang yang paling baik akhlaknya. Sedangkan orang yang sangat aku benci dan kedudukannya nanti di hari kiamat paling jauh dariku mereka itu adalah : Tsartsarun, Mutasyaddiqun dan Mutafaihiqun.” (HR. Tirmidzi, ia berkata‘hadits ini hasan gharib).

Penjelasan syarah hadits tentang golongan manusia yang dicintai Rasululloh dan tempat duduknya nanti di surga dekat dengan Beliau kiranya telah jelas. Kelompok manusia tersebut adalah yang memiliki akhlak terpuji selama hidunya di dunia.

Sementara penjelasan Rasululloh terkait kelompok yang dibenci Rasululloh dan tempat kedudukan nya jauh dengan Rasul di hari kiamat, masih perlu ada uraian arti maknanya. Golongan tersebut ada 3 kelompok dengan istilah Tsartsarun, Mutasyaddiqun dan Mutafaihiqun. Kemudian para ulama menjelaskan definisi golongan yang dibenci Rasulullah tersebut sebagaimana penjelasan berikut ini :

Arti Istilah Tsartsaruun
Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah menerangkan bahwa makna tsartsaruun adalah orang yang banyak bicara dan suka menyerobot pembicaraan di antara orang-orang. Apabila dia duduk ngobrol dalam suatu majelis dia sering menyerobot pembicaraan orang lain, sehingga seolah-olah tidak boleh ada yang bicara dalam majelis itu selain dia. Dia berbicara tanpa membiarkan orang lain leluasa berkata-kata.
Perbuatan seperti ini tidak diragukan lagi termasuk kesombongan. Yang dimaksud majelis dalam konteks ini adalah pembicaraan-pembicaraan sehari-hari bukan majelis ilmu atau pengajian, sebab jika suatu saat anda mendapat kesempatan untuk memberikan nasihat atau kajian di depan mereka lalu anda sendirian yang lebih banyak berbicara maka hal ini tidaklah mengapa (Syarah Riyadhush Shalihin, hal. 397)

Arti Istilah Mutasyaddiquun
Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah menerangkan bahwa makna mutasyadiqun adalah orang yang suka berbicara dengan gaya bicara yang meremehkan orang lain seolah-olah dia adalah orang paling fasih, itu dilakukannya karena kesombongan dan bangga diri yang berlebihan. Seperti contohnya berbicara dengan menggunakan bahasa Arab di hadapan orang-orang awam, sebab kebanyakan orang awam tidak paham bahasa Arab. Seandainya anda mengajak bicara mereka dengan bahasa Arab maka tentulah hal itu terhitung sikap berlebihan dan memaksa-maksakan dalam pembicaraan.
Adapun jika anda sedang mengajar di hadapan para penuntut ilmu maka biasakanlah berbicara dengan bahasa Arab dalam rangka mendidik dan melatih mereka agar sanggup berbicara dengan bahasa Arab. Adapun terhadap orang awam maka tidak selayaknya anda berbicara dengan mereka dengan bahasa Arab, tetapi bicaralah dengan mereka dengan bahasa yang mereka pahami dan jangan banyak memakai istilah-istilah asing, artinya janganlah anda menggunakan kata-kata asing yang sulit mereka mengerti, karena hal itu termasuk berlebihan dan angkuh dalam pembicaraan (Syarah Riyadhush Shalihin, hal. 397)

Arti Istilah Mutafaihiquun
Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah menerangkan makna mutafaihiquun : Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah menerangkannya yaitu orang-orang yang sombong. Orang sombong ini bersikap angkuh di hadapan orang-orang, jika berdiri untuk berjalan seolah-olah dia berjalan di atas helaian daun (dengan langkah kaki yang dibuat-buat –pent) karena adanya kesombongan di dalam dirinya. Perilaku ini tak diragukan lagi termasuk akhlaq yang sangat tercela, wajib bagi setiap orang untuk menghindarinya. Karena yang namanya orang tetap saja manusia biasa, maka hendaklah dia mengerti ukuran dirinya sendiri. Meskipun dia telah dikaruniai sekian banyak harta, kedalaman ilmu atau kedudukan yang tinggi oleh Allah, seyogyanya dia merendahkan diri (tawadhu’), dan sikap tawadhu’ orang-orang yang telah mendapat anugerah harta, ilmu atau kedudukan tentu lebih utama nilainya daripada tawadhu’nya orang-orang yang tidak seperti mereka.
Oleh sebab itu terdapat dalam sebuah hadits yang memberitakan orang-orang yang tidak akan diajak bicara oleh Allah dan tidak disucikan-Nya pada hari kiamat, diantara mereka adalah : “Orang miskin yang sombong” sebab orang miskin tidak mempunyai faktor pendorong (modal) untuk sombong. … Sudah semestinya orang-orang yang diberi anugerah nikmat oleh Allah semakin meningkatkan syukurnya kepada Allah serta semakin tambah tawadhu’ kepada sesama, semoga Allah memberikan taufiq kepada saya dan seluruh umat Islam untuk memiliki akhlaq yang mulia dan amal yang baik, dan semoga Allah menjauhkan kita dari akhlaq-akhlaq yang buruk dan amal-amal yang jelek, sesungguhnya Dia Maha dermawan lagi Maha mulia (Syarah Riyadhush Shalihin, hal. 397-398)

Akhirnya melalui kesempatan ini mari kita lihat Nasihat Imam Ibnu Athaillah dalam Al-Hikam untuk kita renungkan bersama : "Kemaksiatan yang menimbulkan rasa hina dan penyesalan, lebih baik dari ketaatan yang melahirkan bangga dan kesombongan.". Dengan begitu mari terus memelihara kerendahan hati kita, karena keangkuhan adalah awal dari semua kejatuhan. Jangan sombong di depan orang tawadhu, nanti kau dipermalukan. Jangan pula rendah hati di depan orang sombong, nanti kau dihinakan. Allahu a’lam bish-shawab".

Sumber referensi hadis : Riwayat Tirmidzi, dinyatakan bahwa hadits tersebut bernilai "hasan". Namun juga Hadits ini dishahihkan oleh Al Albani dalam kitab Shahih Sunan Tirmidzi no. 2018, dinukil dari Mutiara Pilihan Riyadhush Shalihin, Pustaka At Tibyan. Hal. 75.

Dengan ilmu semoga kita terhindar dari praktek ibadah bid'ah yang tidak diperintahkan dan dicontohkan oleh Alloh SWT dan Rasul-Nya. Lihat dan baca juga penjelasan tentang amal ibadah bid'ah bulan Rajab yang selalu dilakukan setiap tahun dan perlu untuk ditinggalkan.