Tafsir QS. Al-Baqoroh Ayat 40

Pada kesmpatan kali ini penulis akan menyampaikan Tafsir Al-Quran Surat Al-Baqoroh Ayat 40. Bunyi ayatnya sebagai berikut :

Tafsir Al-Qur'an Surat Al-Baqarah Ayat 40 tentang seruan kepada Bani Israil

,يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اذْكُرُوا نِعْمَتِيَ الَّتِي أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَأَوْفُوا بِعَهْدِي أُوفِ بِعَهْدِكُمْ وَإِيَّايَ فَارْهَبُونِ

Artinya :
Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu, dan penuhilah janjimu kepada-Ku, niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu; dan hanya kepada-Ku-lah kamu harus takut (tunduk).

Tafsir QS. Al Baqarah (2) : 40. Oleh Kementrian Agama RI

Allah memulai ayat ini dengan menyebut Bani Israil (orang-orang Yahudi), karena merekalah bangsa yang paling dahulu mengemban kitab Samawiyah, dan karena di antara mereka terdapat pula orang-orang yang paling keras memusuhi orang-orang yang beriman kepada Nabi Muhammad ﷺ.
Kalau mereka masuk Islam maka hal itu akan merupakan alasan yang kuat yang dapat diarahkan kepada orang-orang Nasrani dan orang kafir yang lain yang tidak mau beriman, karena bangsa Yahudilah yang paling dahulu berjanji kepada Allah ﷻ bahwa mereka akan beriman kepada setiap nabi yang diutus-Nya, apabila telah ada bukti-bukti yang nyata.

Israil adalah gelar yang diberikan kepada Nabi Yakub.
Karena itu keturunannya dinamakan dengan Bani Israil.

Nabi Yakub terkenal sebagai hamba Allah yang amat saleh, sabar, dan tawakal.
Maka Allah memanggil anak cucu Yakub dalam permulaan ayat ini dengan sebutan
"Bani Israil"
untuk mengingatkan kepada mereka agar mereka mencontoh nenek moyang mereka itu dalam hal keimanan, ketaatan, kesalehan, ketakwaan dan kesabaran serta sifat-sifat lain yang terpuji.

Hal ini disebabkan karena pada waktu turunnya Alquran kepada Nabi Muhammad ﷺ, tampak gejala-gejala bahwa tingkah laku Bani Israil itu sudah melampaui batas, dan jauh menyimpang dari ajaran dan sifat-sifat nenek moyang mereka, terutama sikap mereka terhadap Alquran yang diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad ﷺ.
Mereka tidak mau beriman bahwa Alquran itu adalah wahyu Allah, bahkan mereka mendustakan kenabian dan kerasulan Muhammad ﷺ.

Seharusnya merekalah yang paling dahulu beriman kepada Nabi Muhammad ﷺ, sebab berita tentang kedatangannya telah disebutkan lebih dahulu dalam kitab suci mereka, yaitu Taurat.

Dalam ayat ini terdapat tiga macam perintah Allah kepada Bani Israil, yaitu:

1. Agar mereka senantiasa mengingat nikmat-nikmat Allah yang telah dilimpahkan kepada mereka, dan mensyukurinya dengan lisan dan perbuatan.
Wujud nikmat-nikmat tersebut memang tidak diterangkan dalam ayat ini.

Tetapi yang dimaksud antara lain bahwa Allah telah memilih nabi-nabi-Nya dari kalangan mereka.
Hal ini terjadi dalam masa yang cukup lama, sehingga mereka diberi julukan sebagai Sya’bullah al-Mukhtar yaitu
"hamba-hamba Allah yang terpilih".
Semuanya itu harus mereka ingat dan mereka syukuri.
Salah satu cara untuk mensyukurinya ialah beriman kepada setiap nabi yang diutus Allah untuk memberikan bimbingan kepada manusia.
Tetapi dalam kenyataannya mereka menjadikan nikmat tersebut sebagai alasan untuk tidak menerima seruan Nabi Muhammad ﷺ, malahan mengejeknya, dan mengatakan bahwa nikmat dan karunia Allah hanya tertentu untuk mereka saja.

2. Janji mereka kepada Allah ada dua macam,
Pertama, janji yang berlaku bagi seluruh manusia, yaitu bahwa mereka harus menimbang segala masalah dengan timbangan akal dan pikiran serta penyelidikan yang akan membawa mereka mengetahui hakikat segala sesuatu, sebagai jalan untuk mengenal Allah.

Kedua, janji bahwa mereka hanya akan menyembah Allah semata-mata, dan tidak akan memperserikatkan-Nya dengan sesuatu pun;
dan bahwa mereka akan beriman kepada rasul–rasul-Nya.

Andaikata Bani Israil yang ada pada masa itu memperhatikan janji-janji tersebut, antara lain ialah bahwa Allah akan mengutus seorang nabi yang berasal dari keturunan saudara nenek moyang mereka yang menurunkan suatu bangsa yang baru, yaitu bangsa Arab, niscaya mereka beriman kepada Nabi Muhammad ﷺ dan pasti pula mereka mengikuti petunjuk yang diturunkan Allah kepadanya.
Dengan demikian mereka akan termasuk orang-orang yang memperoleh kemenangan.
Sebaliknya, jika mereka memenuhi janji kepada Allah, maka Allah akan mengizinkan mereka untuk menetap di tanah suci Palestina, dan mereka akan diberi kemuliaan serta kehidupan yang makmur.
Kenyataan menunjukkan bahwa mereka tidak memenuhi janji-janji mereka itu, antara lain disebabkan karena rasa takut dan khawatir terhadap satu sama lainnya.

3. Agar mereka hanya takut kepada Allah semata-mata.
Perintah ini diberikan Allah, karena kenyataan menunjukkan bahwa Bani Israil itu tidak memenuhi janji-janji mereka kepada Allah antara lain, mereka tidak mau beriman kepada Nabi Muhammad ﷺ.
Hal itu disebabkan karena rasa takut mereka terhadap satu sama lain.
Maka Allah memerintahkan agar mereka hanya takut kepada Allah semata-mata, dan jangan takut kepada selain Allah.
Sebab, hanya Allah sajalah yang menguasai segala persoalan.
Dialah yang telah memberikan nikmat yang begitu besar kepada mereka, Dia pula yang kuasa untuk mencabut kembali nikmat itu dari tangan mereka, dan Dia pula yang akan mengazab mereka karena tidak mensyukuri nikmat itu.
Mereka seharusnya tidak perlu merasa takut terhadap sesamanya karena khawatir akan hilangnya sebagian dari keuntungan-keuntungan mereka, atau akan terjadinya malapetaka atas diri mereka karena mengikuti yang hak dan menyalahi kemauan pemimpin-pemimpin mereka.
Allah lebih kuasa daripada pemimpin-pemimpin itu.

Tafsir QS. Al Baqarah (2) : 40. Oleh Muhammad Quraish Shihab (Al-Misbah) :

Hai Bani Israil, renungkanlah nikmat-Ku yang Aku anugerahkan hanya kepadamu dan nenek moyangmu dengan memikirkan dan melaksanakan kewajiban untuk mensyukurinya.
Penuhilah janji-Ku yang Aku tetapkan dan telah kalian nyatakan dalam diri kalian, yaitu berupa iman, amal saleh dan pembenaran kepada nabi-nabi yang datang sebelum Musa.

Kalau kalian lakukan hal itu, niscaya Aku akan memenuhi janji-Ku kepada kalian, dengan memberikan pahala yang baik dan kenikmatan yang abadi.
Janganlah kalian takut kepada siapa pun selain Aku, serta hati-hatilah terhadap hal-hal yang menyebabkan kemurkaan-Ku kepada kalian.

Tafsir Jalalain Qur'an Surat Al-Baqaroh Ayat 40

Oleh Jalaluddin al-Mahalli & Jalaluddin as-Suyuthi:

(Hai Bani Israel!) maksudnya ialah anak cucu Yakub

(Ingatlah akan nikmat karunia-Ku yang telah Kuberikan kepada kalian) maksudnya kepada nenek moyang kalian, berupa menyelamatkan kalian dari kejaran Firaun, membelah lautan, menaungkan awan dan lain-lain, yaitu mensyukurinya dengan jalan taat kepada-Ku,

(dan penuhilah janji kalian kepada-Ku) yang telah kalian janjikan dulu, berupa keimanan kepada Muhammad

(niscaya Kupenuhi pula janji-Ku kepada kalian) berupa pemberian pahala dan masuk surga

(dan hanya kepada-Kulah kalian harus takut) hingga kalian tidak berani menyalahi janji itu, dan kalian tidak perlu takut kepada pihak lain.

Tafsir Ibnu Katsir Al-Quran Surat Al-Baqarah 40 :

Oleh Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir Al-Bashri Ad-Dimasyqi:

Allah berfirman seraya memerintahkan kepada kaum Bani Israil untuk masuk Islam dan mengikuti Nabi Muhammad ﷺ dan menggerakkan perasaan mereka dengan menyebutkan kakek moyang Israil, yaitu Nabi Allah Ya’qub ‘alaihis salam

Seakan-akan ayat ini mengatakan,
"Hai anak-anak hamba yang saleh lagi taat kepada Allah, jadilah kalian seperti kakek moyang kalian dalam mengikuti perkara yang hak."
Perihalnya sama dengan perkataan,
"Hai anak orang yang dermawan, berdermalah!"
Atau,
"Hai anak yang pemberani, majulah menentang para penyerang!"
Atau,
"Hai anak orang yang firman-Nya:

(yaitu) anak cucu dari orang-orang yang Kami bawa bersama-sama Nuh.
Sesungguhnya dia adalah hamba (Allah) yang banyak bersyukur.
(QS. Al Israa [17]: 3)

Israil adalah Nabi Ya’qub sendiri, sebagai dalilnya ialah sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Daud At-Tayalisi:

Telah menceritakan kepada kami Abdul Hamid ibnu Bahram, dari Syahr ibnu Hausyab yang mengatakan bahwa telah menceritakan kepadanya Abdullah ibnu Abbas yang menceritakan hadis berikut:
Segolongan orang-orang Yahudi datang menghadap kepada Nabi ﷺ, lalu Nabi ﷺ berkata kepada mereka,
"Tahukah kalian bahwa Israil adalah Ya’qub?"
Mereka menjawab,
"Ya Allah, memang benar."
Nabi ﷺ berkata,
"Ya Allah, saksikanlah."

Al-A’masy meriwayatkan dari Ismail ibnu Raja’, dari Umar maula Ibnu Abbas, dari Abdullah ibnu Abbas, disebutkan bahwa Israil itu artinya sama dengan perkataanmu Abdullah (hamba Allah).

Firman Allah subhanahu wa ta’ala:
Ingatlah kalian akan nikmat-Ku yang telah Aku turunkan kepada kalian.

Mujahid mengatakan bahwa nikmat Allah yang telah dilimpahkan kepada mereka (kaum Bani Israil) selain dari apa yang telah disebutkan ialah dipecahkan batu besar buat mereka hingga mengeluarkan air untuk minum mereka, diturunkan kepada mereka manna dan salwa, dan mereka diselamatkan dari perbuatan Fir’aun dan bala tentaranya.

Abul Aliyah mengatakan bahwa nikmat Allah tersebut ialah Dia menjadikan dari kalangan mereka banyak nabi dan rasul, dan diturunkan kepada mereka kitab–kitab samawi.

Menurut pendapat kami, pendapat terakhir ini sama dengan apa yang dikatakan oleh Musa ‘alaihis salam yang disitir oleh firman-Nya:

Hai kaumku, ingatlah nikmat Allah atas kalian ketika Dia mengangkat nabi-nabi di antara kalian, dan dijadikan-Nya kalian orang-orang merdeka dan diberikan-Nya kepada kalian apa yang belum pernah diberikan-Nya kepada seorang pun di antara umat-umat yang lain.
(QS. Al-Ma’idah [5]: 20)

Yakni di zamannya.

Muhammad ibnu Ishaq mengatakan, telah menceritakan kepadanya Muhammad ibnu Abu Muhammad, dari Ikrimah atau Sa’id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya:

Ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepada kalian.

Yaitu cobaan-Ku yang ada pada kalian, juga yang telah Aku turunkan kepada nenek moyang kalian ketika mereka diselamatkan dari kejaran Fir’aun dan kaumnya.

Firman Allah subhanahu wa ta’ala:

Dan penuhilah janji kalian kepada-Ku, niscaya Aku penuhi janji-Ku kepada kalian.

Maksudnya, janji-Ku yang telah Aku bebankan di atas pundak kalian terhadap Nabi ﷺ, bila dia datang kepada kalian, niscaya Aku akan menunaikan apa yang telah Aku janjikan kepada kalian.
Janji tersebut ialah kalian bersedia mempercayai Nabi ﷺ dan mengikutinya.
Maka sebagai imbalannya Aku akan menghapuskan semua beban dan belenggu-belenggu yang berada di pundak kalian karena dosa-dosa kalian yang ada sejak kakek moyang kalian.

Menurut Al-Hasan Al-Basri, janji tersebut adalah yang disebutkan di dalam firman-Nya:

Dan sesungguhnya Allah telah mengambil perjanjian (dari) Bani Israil dan telah Kami angkat di antara mereka dua belas orang pemimpin dan Allah berfirman,
"Sesungguhnya Aku beserta kalian, sesungguhnya jika kalian mendirikan salat dan menunaikan zakat serta beriman kepada rasul–rasul-Ku dan kalian bantu mereka dan kalian pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, sesungguhnya Aku akan menutupi dosa-dosa kalian.
Dan sesungguhnya kalian akan Kumasukkan ke dalam surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai.
(QS. Al-Ma’idah [5]: 12)

Sedangkan ulama lainnya mengatakan, janji tersebut adalah yang diambil oleh Allah atas diri mereka di dalam kitab Taurat, bahwa Allah kelak akan mengutus seorang nabi yang besar dan ditaati oleh semua bangsa dari kalangan Bani Ismail, nabi yang dimaksud adalah Nabi Muhammad ﷺ Barang siapa yang mengikutinya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosanya dan memasukkannya ke dalam surga serta memberikan kepadanya dua pahala.

Ar-Razi mengetengahkan banyak berita gembira yang disampaikan oleh nabi-nabi terdahulu mengenai kedatangan Nabi Muhammad

Abul Aliyah mengatakan bahwa makna firman-Nya,

"Penuhilah janji kalian kepada-Ku"
yaitu janji Allah kepada hamba-hamba-Nya adalah agama Islam dan mereka diharuskan mengikutinya.

Ad-Dahhak meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya,

"Niscaya Aku penuhi janji-Ku kepada kalian",
artinya
"niscaya Aku rida kepada kalian dan akan memasukkan kalian ke dalam surga".

Firman Allah subhanahu wa ta’ala:
Dan hanya kepada-Ku-lah kalian harus takut (tunduk).

Yakni takutlah kalian kepada-Ku, demikian pendapat Abul Aliyah, As-Saddi, Ar-Rabi’ ibnu Anas, dan Qatadah.

Ibnu Abbas r.a. mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya,

"Dan hanya kepada-Ku-lah kalian harus takut"
yakni takutlah kalian bila Aku nanti menurunkan kepada kalian apa yang pernah Aku turunkan kepada kakek moyang kalian di masa silam, yaitu berupa berbagai macam siksaan dan azab yang telah kalian ketahui sendiri, antara lain ialah kutukan dan azab Lainnya.

Apa yang diungkapkan oleh ayat-ayat ini mengandung pengertian perpindahan dari targib (anjuran) kepada tarhib (peringatan).
Allah menyeru mereka dengan ungkapan anjuran dan peringatan, barangkali mereka mau kembali ke jalan yang hak dan mengikuti Rasul ﷺ serta mengambil nasihat dari Alquran dan larangan-larangannya, serta mengerjakan perintah-perintahnya dan percaya kepada berita-berita yang disampaikannya.
Allah-lah yang memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus.

Karena itu, maka Allah subhanahu wa ta’ala berfirman pada ayat selanjutnya, yaitu melalui firman-Nya:

Dan berimanlah kalian kepada apa yang telah Aku turunkan (Al Qur’an) yang membenarkan apa yang ada pada kalian (Taurat).
(QS. Al-Baqarah [2]: 41)

Yang dimaksud adalah Alquran, yakni kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad yang ummi dari kalangan bangsa Arab.
Di dalamnya terkandung berita gembira dan peringatan serta pelita yang memberi penerangan dan mengandung perkara yang hak dari Allah subhanahu wa ta’ala, serta membenarkan apa yang ada sebelumnya, yaitu kitab Taurat dan Injil.

Abul Aliyah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:

Dan berimanlah kalian kepada apa yang telah Aku turunkan (Al Qur’an) yang membenarkan apa yang ada pada kalian (Taurat).
(QS. Al-Baqarah [2]: 41)
Allah subhanahu wa ta’ala mengatakan,
"Hai golongan ahli kitab, berimanlah kalian kepada Alquran yang telah Aku turunkan, di dalamnya terkandung keterangan yang membenarkan apa yang ada pada kalian."
Dikatakan demikian karena mereka menjumpai nama Nabi Muhammad ﷺ tercantum di dalam kitab–kitab mereka, yaitu kitab Taurat dan Injil.

Telah diriwayatkan dari Mujahid, Ar-Rabi’ ibnu Anas, dan Qatadah hal yang semisal.